Juara Dunia Catur ke-10 Boris Spassky, 1937-2025
Boris Spassky di Tilburg, 1983. Foto: Rob Bogaerts/Arsip Nasional Belanda.

Juara Dunia Catur ke-10 Boris Spassky, 1937-2025

Avatar of PeterDoggers
| 1 | Pemain Catur

GM Boris Spassky, juara dunia catur ke-10 yang mengalahkan GM Tigran Petrosian pada 1969 untuk mencapai puncak kejayaan catur, meninggal pada hari Kamis di usia 88 tahun. Ia kehilangan gelarnya tiga tahun kemudian setelah dikalahkan GM Bobby Fischer dalam Match of the Century di Reykjavik pada 1972. Federasi Catur Rusia mengonfirmasi kabar ini.

Spassky, yang merupakan juara dunia catur tertua yang masih hidup—gelar yang kini beralih ke GM Anatoly Karpov—dikenal sebagai sosok yang cerdas, humoris, berpikiran bebas, dan anti-Komunis. Di akhir 1960-an, ia adalah pemain terbaik di antara jajaran pecatur Soviet yang akhirnya dihentikan oleh Fischer.

"Anda tidak bisa membayangkan betapa leganya saya ketika Fischer mengambil gelar itu dari saya," kata Spassky suatu ketika. "Sejujurnya, saya tidak mengingat hari itu sebagai hari yang menyedihkan. Sebaliknya, saya telah melepaskan beban yang sangat berat dan bisa bernapas lega."

Anda tidak bisa membayangkan betapa leganya saya ketika Fischer mengambil gelar itu dari saya.
—Boris Spassky

Pendapat ini bukan hanya refleksi bertahun-tahun setelah pertandingan; Spassky mengungkapkan perasaan yang sama saat diwawancarai di Reykjavik tak lama setelah partai final.

"Anda tahu, saya tidak kecewa kalah dalam pertandingan ini. Saya sendiri tidak tahu persis alasannya, tapi saya merasa hidup saya akan lebih baik setelahnya. Tentu saja, saya ingin menjelaskan mengapa saya berpikir begitu.

"Saya mengalami masa yang sangat sulit ketika memenangkan gelar juara dunia catur pada 1969. Mungkin kesulitan utamanya adalah saya memiliki banyak kewajiban besar terhadap dunia catur, bukan hanya di negara saya, tetapi juga di seluruh dunia. Sebagai juara, saya harus melakukan banyak hal untuk catur, tapi bukan untuk diri saya sendiri."

Boris Vasilievich Spassky lahir pada 30 Januari 1937 di Leningrad—kota yang lebih suka ia sebut sebagai Petrograd, nama yang digunakan sejak Rusia terlibat dalam Perang Dunia I hingga wafatnya Lenin pada 1924.

Pada musim panas 1941, Boris dan kakaknya, George, dievakuasi dari Leningrad yang terkepung ke sebuah panti asuhan di desa Korshik, Kirov Oblast. Konon, selama perjalanan kereta yang panjang—lebih dari seribu kilometer—Spassky belajar bermain catur.

Sementara itu, orang tuanya mengalami masa sulit dan hampir tidak selamat. Dalam sebuah wawancara pada 2017, Spassky menceritakan bahwa ayahnya hampir meninggal karena kelaparan, tetapi berhasil bertahan setelah ibunya menjual barang-barangnya untuk membelikan sebotol vodka.

Akhirnya, kedua orang tua mereka membawa Boris dan George ke Moskow, tempat mereka tinggal hingga musim panas 1946. Setelah kembali ke Leningrad di usia sembilan tahun, kakaknya mengajak Boris ke Pulau Krestovsky, di mana ia melihat sebuah paviliun catur. Di situlah ia jatuh cinta pada permainan ini.

Bertahun-tahun kemudian, Spassky berkata, "Kalau dipikir-pikir, rasanya hidup saya seperti sudah ditakdirkan. Saya sadar bahwa melalui catur, saya bisa mengekspresikan diri. Catur menjadi bahasa alami saya."

Saya sadar bahwa melalui catur, saya bisa mengekspresikan diri. Catur menjadi bahasa alami saya.
—Boris Spassky

Saat berusia 10 tahun, Spassky memenangkan pertandingan simultan melawan Juara Soviet GM Mikhail Botvinnik, yang setahun kemudian menjadi juara dunia.

Spassky selalu mengatakan bahwa ia "menjadi profesional sejak usia 10 tahun," ketika mulai berlatih dengan pelatih pertamanya, Vladimir Grigorievich Zak, di Leningrad Palace of Pioneers pada 1947. Zak tidak hanya melatihnya, tetapi juga memberinya makan di masa-masa sulit setelah Perang Dunia II. Zak jugalah yang membantunya mendapatkan tunjangan yang cukup untuk menghidupi seluruh keluarganya.

Dalam beberapa wawancara, Spassky bercerita bahwa saat pertama kali berlatih di Pioneers Palace, ia hampir mencuri menteri putih, hanya agar bisa membawanya ke mana-mana. "Kalau saja saya benar-benar mengambilnya, mungkin saya tidak akan pernah menjadi juara dunia."

Di usia 15 tahun, Spassky mencatat prestasi besar pertamanya: peringkat kedua di Leningrad Championship, di belakang GM Mark Taimanov, tetapi mengungguli GM Grigory Levenfish dan GM Viktor Korchnoi. Prestasi ini mendapat pujian tinggi dari Botvinnik.

Setahun kemudian, ia tampil baik di turnamen Bucharest dengan finish di peringkat keempat bersama, termasuk kemenangan atas calon juara dunia GM Vasily Smyslov untuk pertama kalinya. Berkat pencapaian ini, Spassky dianugerahi gelar Master Internasional.

Saat itu, Spassky mulai berlatih dengan pelatih baru, GM Alexander Tolush, yang memenangkan turnamen tersebut.

Di usia 18 tahun, bakat luar biasa Spassky kembali terlihat. Pada Kejuaraan Soviet ke-22 tahun 1955, ia finish hanya setengah poin di belakang para pemenang, GM Efim Geller dan Smyslov, serta berbagi peringkat ketiga bersama Botvinnik, calon juara dunia Petrosian, dan Georgy Ilivitsky.

Pada tahun yang sama, di Turnamen Interzonal Gothenburg, Spassky berhasil lolos untuk pertama kalinya ke Turnamen Kandidat. Di saat yang sama, ia juga meraih gelar grandmaster—menjadikannya grandmaster termuda di dunia pada waktu itu.

Turnamen Kandidat 1956 digelar di Amsterdam dan Leeuwarden, Belanda. Spassky finish di peringkat ketiga, di belakang Smyslov dan GM Paul Keres. Menariknya, ia menjadi satu-satunya pemain yang berhasil mengalahkan Smyslov, yang akhirnya menjadi juara dunia. Dalam partai itu, Spassky bermain dengan buah hitam.

Tahun 1956 menjadi tahun yang luar biasa bagi Spassky. Ia berhasil menjadi Juara Dunia Junior dan berbagi posisi pertama di Kejuaraan Soviet bersama GM Yuri Averbakh dan Taimanov, meskipun akhirnya hanya meraih medali perunggu.

Young Boris Spassky
Spassky di upacara pembukaan Turnamen Kandidat 1956 di Amsterdam. Foto: Herbert Behrens/Arsip Nasional Belanda.

Pada tahun-tahun itu, pendidikannya sempat mengarah ke bidang jurnalistik. Dalam sebuah wawancara, ia berkata:

"Sebenarnya, ini bukan keputusan saya sendiri, tapi sesuatu yang terjadi begitu saja dalam hidup saya. Awalnya, saya masuk Fakultas Mekanika dan Matematika di Universitas Leningrad. Saya belajar di sana sekitar satu tahun, tetapi karena sering absen untuk turnamen catur, saya terpaksa pindah ke Fakultas Filologi. Di sana, saya mendapat izin dari rektor untuk pergi ke turnamen dan kamp pelatihan."

Spassky memang lulus dari universitas, tetapi ia pernah mengatakan bahwa dirinya "tidak benar-benar mendapatkan pendidikan yang sesungguhnya." Sejak awal, ia adalah seorang pecatur, dan itulah yang akhirnya menjadi karier utamanya.

Setelah meraih kesuksesan di awal kariernya, ia mengalami kemunduran besar di Kejuaraan Soviet 1958 di Riga, yang juga merupakan turnamen Zonal. Awalnya, ia memimpin dengan kuat, meraih 9/12 poin dan menjadi pemimpin tunggal. Namun performanya tiba-tiba menurun, dan ia gagal mendapatkan salah satu dari empat tiket ke turnamen Interzonal.

Salah satu kekalahan terbesarnya terjadi saat melawan GM Mikhail Tal. Spassky sebenarnya memiliki posisi menang, tetapi membuat kesalahan dan akhirnya kalah. Tal kemudian memenangkan siklus kejuaraan dunia ini dengan mengalahkan Botvinnik pada 1960.

Lalu terjadi sesuatu yang luar biasa. Dalam sebuah wawancara dengan Kingpin, Spassky bercerita:

“Setelah kalah dari Tal, saya keluar ke jalan. Saya benar-benar terpuruk, air mata mengalir di pipi saya… Saat berjalan, saya bertemu David Ginsburg, seorang jurnalis yang dulu bekerja di koran catur 64 sebelum perang dan kemudian dikirim ke Gulag. ‘Apakah perlu sampai sesedih itu?’ tanyanya. ‘Tal akan bermain melawan Botvinnik dan memenangkan gelar juara dunia. Tapi nanti, dia akan kalah di pertandingan ulang melawan Botvinnik. Beberapa tahun kemudian, Petrosian akan menjadi juara dunia, dan setelah itu giliranmu akan tiba…’"

Ternyata, perkataan Ginsburg menjadi kenyataan. Namun sebelum itu, Spassky kembali gagal lolos ke turnamen Interzonal. Kali ini, ia kalah di babak terakhir melawan grandmaster Ukraina, Leonid Stein.

Dalam buku My Great Predecessors, juara dunia ke-13 Garry Kasparov menulis:

"Dua siklus kejuaraan dunia tanpa Spassky terasa aneh, mengingat kekuatan caturnya sudah tidak diragukan. Tapi, sukses di catur bukan hanya soal kekuatan dan pemahaman permainan, melainkan juga ketahanan mental dan kemampuan tetap tenang di momen-momen krusial. Di puncak kariernya, Spassky belajar dari kegagalan ini dan bisa tampil baik di pertandingan penting. Tapi di akhir 1950-an dan awal 1960-an, mentalnya belum cukup siap menghadapi tekanan sebesar itu."

Bertahun-tahun kemudian, Spassky mengungkap bahwa keterpurukannya juga dipengaruhi oleh masalah pribadi:

"Sebenarnya alasannya sederhana. Hidup saya tidak berjalan dengan baik. Saya mengalami dua perceraian—ada lelucon yang mengatakan bahwa dua perceraian setara dengan satu kali ikut perang! Kesehatan saya juga tidak baik, saya punya masalah ginjal yang kambuh lagi saat pertandingan kedua melawan Fischer. Selain itu, Kejuaraan Soviet biasanya diadakan pada bulan Januari, yang sangat merepotkan bagi saya karena bertepatan dengan ujian di institut."

Boris Spassky in 1956
Boris Spassky di Amsterdam, 1956. Foto: Joop van Bilsen/Arsip Nasional Belanda.

Pada satu kesempatan, Spassky bercerita tentang bagaimana ia mengakhiri pernikahan pertamanya pada 1961, yang kemudian menjadi salah satu kutipan terkenalnya: "Kami seperti gajah beda warna; berjalan di diagonal yang berbeda. Jadi, kami harus bercerai"

Kami seperti gajah beda warna; berjalan di diagonal yang berbeda. Jadi, kami harus bercerai.
—Boris Spassky

Tahun 1963 membawa dua perubahan besar dalam hidupnya: ia pindah ke Moskow dan mulai bekerja dengan Igor Bondarevsky, sosok yang berperan penting dalam kariernya. Kerja sama mereka membuahkan hasil besar dan akhirnya membawa Spassky meraih gelar juara dunia. Bondarevsky kemudian menulis buku tentang perjalanan mereka berjudul Boris Spassky Storms Olympus.

GM David Bronstein pernah berkata (diterjemahkan oleh Kasparov):

"Banyak orang mungkin sudah menyerah pada catur, apalagi impian menjadi juara dunia. Tapi Spassky memilih untuk memulai lagi dari awal, melewati jalan yang penuh tantangan, dan menjalankan rencana latihan yang sudah dipikirkan matang-matang."

Spassky juga mengenang para pelatihnya dengan penuh rasa hormat: "Saya sangat menghormati semua pelatih saya. Vladimir Zak memberi saya senjata, Alexander Tolush mengasahnya, dan Igor Bondarevsky menguatkannya." 

Dari Kejuaraan Soviet ke-31 pada 1964, Spassky berhasil lolos ke turnamen Interzonal di Amsterdam, di mana ia finish di peringkat pertama bersama Tal, Smyslov, dan grandmaster Denmark Bent Larsen.

Boris Spassky in 1964
Spassky di Interzonal 1964. Foto: F.N.Broers/Arsip Nasional Belanda.

Pada 1965, Spassky memenangkan pertandingan Kandidat melawan Keres (6-4, Riga), Geller (5.5-2.5, Riga), dan Tal (7-4, Tbilisi), sehingga berhak menantang Petrosian dalam perebutan gelar juara dunia. Petrosian sendiri telah mengalahkan Botvinnik pada 1963. Sementara itu, Botvinnik memutuskan mundur dari siklus kejuaraan dunia setelah FIDE tidak lagi memberinya hak otomatis untuk pertandingan rematch.

Spassky kalah dari Petrosian dalam pertandingan pertama mereka pada 1966, tetapi ia tetap berjaya di berbagai turnamen besar, termasuk Santa Monica 1966. Di sana, ia menang telak atas Fischer—yang enam tahun lebih muda darinya. Ini adalah pertemuan kedua mereka setelah Spassky juga menang dalam permainan King’s Gambit pada 1960.

Spassky kembali bertarung dalam siklus kejuaraan dunia berikutnya dan tampil luar biasa. Fischer seharusnya ikut serta, tetapi ia mundur dari Interzonal Sousse 1967. Kasparov pernah mengatakan bahwa meskipun Fischer tetap bertanding, kecil kemungkinan ia bisa menghentikan Spassky saat itu.

Sebagai finalis yang kalah, Spassky langsung lolos ke Turnamen Kandidat 1968. Di sana, ia kembali mengalahkan Geller (5.5-2.5, Sukhumi), Larsen (5.5-2.5, Malmo), dan Korchnoi (6.5-3.5, Kyiv). Tiga tahun setelah pertemuan pertama mereka, Spassky dan Petrosian kembali duduk berhadapan di Moskow untuk perebutan gelar juara dunia.

Kali ini, Spassky menang dengan skor 12.5-10.5, berkat gaya bermainnya yang fleksibel dan mental yang kuat. Salah satu strateginya adalah menggunakan Pertahanan Tarrasch—pembukaan yang saat itu jarang digunakan karena bisa menyebabkan struktur pion yang lemah. Namun, justru ini memancing Petrosian untuk bermain terlalu agresif, yang akhirnya merugikan dirinya sendiri.

Dalam pertandingan kedua Carlsen-Anand di Sochi 2014, Spassky mengatakan: "Saya tidak pernah bermimpi menjadi juara dunia. Itu terjadi begitu saja sebagai hasil dari kerja keras saya. Saya terus berkembang menjadi pemain catur yang lebih kuat, dan pada akhirnya, hasilnya datang sendiri."

Saya tidak pernah bermimpi menjadi juara dunia. Itu terjadi begitu saja sebagai hasil dari kerja keras saya.
—Boris Spassky

Tiga tahun kemudian, ia menjelaskan pengalamannya dengan cara yang lebih dalam:

"Untuk mengalahkan Petrosian, saya butuh sesuatu yang baru. Merasakan kepastian kemenangan itu penting, karena lawan pun bisa merasakannya. Tapi untuk itu, tubuh dan pikiran harus selaras. Saat pertandingan pertama, saya masih belum dewasa—saya seperti anak kucing yang mencoba melawan harimau. Petrosian dengan mudah menangkis serangan saya. Tapi di pertandingan kedua, saya sudah matang dan berubah menjadi beruang."

Petrosian (diterjemahkan oleh Kasparov):

"Setelah pertandingan pertama saya dengan Spassky, saya sudah merasa kemungkinan besar akan bertemu dengannya lagi. Saya terkejut dengan ketahanan dan kreativitasnya dalam bertahan, serta ketenangan dan daya tahannya setelah kekalahan. Dan tentu saja, mendaki ke puncak dua kali adalah sesuatu yang hanya sedikit orang bisa lakukan."

Pada 1967, penghargaan Chess Oscar pertama kali diberikan. Setelah Larsen memenangkan edisi pertama, Spassky meraihnya dua kali berturut-turut pada 1968 dan 1969. Dalam wawancara dengan Kingpin, ia berkata:

"Saya rasa kekuatan saya ada di permainan tengah. Saya punya insting yang baik dalam momen-momen krusial. Itu menutupi kekurangan saya dalam persiapan pembukaan dan mungkin beberapa kelemahan dalam teknik permainan akhir."

Salah satu partai paling terkenal Spassky terjadi di turnamen USSR vs. World di Beograd 1970, di mana ia bermain di papan pertama.

Larsen Donner Botvinnik Spassky Leiden 1970
Spassky (kanan) bersama (dari kiri ke kanan) Bent Larsen, Jan Hein Donner, dan Mikhail Botvinnik, yang mengikuti turnamen empat pemain sistem round-robin di Leiden pada 1970. Foto: Arsip Nasional Belanda.

Saat masih menjadi juara dunia, Spassky sempat mengalahkan Fischer sekali lagi di Olimpiade Siegen tahun yang sama. Sebelum pertandingan bersejarah mereka di Reykjavik 1972, rekor pertemuan Spassky melawan Fischer adalah 3-0 dengan dua hasil remis.

Ceritanya sudah sangat dikenal: Fischer datang terlambat, mengajukan banyak tuntutan, bahkan tidak hadir di game kedua, tetapi akhirnya tetap menang. Berikut cuplikan dari sebelum pertandingan, saat Spassky sudah berada di Islandia.

Spassky kehilangan gelarnya setelah Fischer menang dengan skor 12.5-8.5, meskipun sempat tertinggal 0-2 setelah kalah di game pertama dan tidak hadir di game kedua.

Dalam wawancara dengan Kingpin:

"Fischer mengalahkan saya dengan mudah. Tal benar ketika berkata, ‘Tidak ada Spassky dalam pertandingan ini.’ Saya sebenarnya sudah kalah sebelum pertandingan dimulai. Mental saya benar-benar hancur. Soviet terus menekan saya, dan saya sendiri memperumit keadaan. Saya dan Fischer seperti bertarung melawan bayangan!"

Seandainya Spassky memutuskan untuk mundur setelah Fischer tidak hadir di game kedua, sejarah catur mungkin akan berbeda.

"Beberapa hari sebelum game ketiga, saya berbicara lewat telepon selama setengah jam dengan Pavlov, presiden Komite Olahraga Soviet. Dia bersikeras agar saya mengajukan ultimatum yang, saya yakin, tidak akan diterima oleh Fischer, [Max] Euwe [Presiden FIDE saat itu], atau penyelenggara—sehingga pertandingan batal. Percakapan kami hanya berulang-ulang pada dua kalimat: ‘Boris Vasilievich, Anda harus mengajukan ultimatum!’—dan saya terus menjawab, ‘Sergei Pavlovich, saya akan bermain!’

"Setelah itu, saya berbaring di tempat tidur selama tiga jam, gemetar karena stres. Sebenarnya, saya menyelamatkan Fischer dengan setuju melanjutkan pertandingan di game ketiga. Setelah itu, pertandingan ini praktis sudah selesai. Di paruh kedua, saya benar-benar kehabisan tenaga."

Sebenarnya, saya menyelamatkan Fischer dengan setuju melanjutkan pertandingan di game ketiga.
—Boris Spassky

"Setelah Reykjavik, Komite Olahraga tidak bisa memaafkan saya karena menolak kesempatan untuk mempertahankan gelar juara dunia. Padahal, saya bisa saja tetap menjadi juara hanya dengan mundur dari pertandingan. Saya punya alasan yang kuat, bahkan Presiden FIDE, Max Euwe, berkata kepada saya: ‘Boris, Anda bisa berhenti kapan saja. Ambil waktu sebanyak yang Anda butuhkan, pergilah ke Moskow atau ke mana pun, pulihkan diri, dan pikirkan kembali.’ Tapi saya menjawab, ‘Terima kasih, Max, tapi saya akan melakukannya dengan cara saya sendiri.’"

Dalam artikelnya "A Chess Player's Hell," yang diterbitkan di De Tijd pada 31 Juli 1972, GM Jan Hein Donner menulis:

"Spassky adalah satu-satunya grandmaster yang saya kenal yang dengan jujur mengatakan bahwa ia tidak menyukai catur. ‘Lawan terberat saya adalah diri saya sendiri,’ katanya berulang kali. Tepat sebelum pertandingan melawan Fischer, ia mengejutkan semua orang dengan mengatakan bahwa ia justru akan lebih bahagia jika kalah dan kehilangan gelar juara dunia. Ini bukan karena ia pengecut—Spassky memang seperti ini sejak dulu. Pemikirannya yang jernih membuatnya selalu sadar akan dirinya sendiri. Namun, pemahaman itu juga yang membantunya melawan rasa enggannya sendiri untuk bertanding. Kariernya berkembang perlahan, selangkah demi selangkah, karena setiap langkah selalu ia pikirkan matang-matang. Tapi kali ini, melawan Fischer, ia benar-benar berjuang melawan dirinya sendiri, lebih dari sebelumnya."

Bertahun-tahun kemudian, Spassky menyesali keputusannya: "Sekarang, setelah melihat kembali apa yang terjadi, saya sadar bahwa saya salah. Saya seharusnya membiarkan Fischer menyelesaikan apa yang sudah ia mulai. Dia yang ingin mundur dari pertandingan! Bayangkan ini seperti tinju—jika satu petarung berkata, ‘Saya menyerah,’ lawannya harus menerimanya. Tapi saya menolak."

Pada 2015, Spassky pergi ke Berlin dan menonton Pawn Sacrifice, film Hollywood tahun 2014 tentang pertandingan 1972, di mana Liev Schreiber berperan sebagai Spassky dan Tobey Maguire sebagai Fischer.

Namun, Spassky tidak menyukai film itu.

"Tidak ada daya tarik dalam film itu," katanya. "Mereka gagal menunjukkan hal terpenting—bagaimana saya memilih untuk melanjutkan pertandingan. Padahal, saya bisa saja berhenti dan tetap menjadi juara!"

Trailer resmi Pawn Sacrifice.

Setahun setelah kehilangan gelarnya, Spassky memainkan salah satu turnamen terbaik dalam kariernya. Dia memenangkan Kejuaraan Soviet ke-41 dengan skor 11.5/17, unggul satu poin dari pesaing lainnya. Turnamen ini diikuti oleh pemain kuat seperti Korchnoi, Geller, Keres, Petrosian, Taimanov, Tal, Smyslov, grandmaster asal Belarus Lev Polugaevsky, serta calon juara dunia Karpov.

Boris Spassky 1973
Spassky di Turnamen IBM 1973 di Amsterdam. Foto: Rob Croes/Arsip Nasional Belanda.

Pada 1974, Spassky secara tak terduga kalah di semifinal Kandidat melawan Karpov. Setahun kemudian, Karpov dinobatkan sebagai juara dunia setelah Fischer gagal mencapai kesepakatan dengan FIDE mengenai syarat pertandingan baru.

Spassky muncul dalam dokumenter "Chess: A State of Mind." (1986) (Lihat menit 17:40 untuk melihat dia menirukan Anatoly Karpov.)

Di siklus berikutnya, Spassky mencapai final Kandidat 1977-1978 di Beograd, tetapi kalah 10.5-7.5 dari Korchnoi dalam pertandingan yang penuh ketegangan.

"Ada satu momen di mana aku benar-benar mulai membencinya," kata Spassky. "Itu pertama kalinya Korchnoi merasakan kebencian dari lawannya. Biasanya, dia yang membenci lawannya."


Dalam memoarnya, Korchnoi menulis: "Kami memulai pertandingan sebagai teman dan mengakhirinya sebagai musuh."

Boris Spassky 1978
Spassky di Turnamen Interpolis 1978. Foto: Koen Suyk/Arsip Nasional Belanda.

Pada 1980, Spassky langsung masuk perempat final Kandidat melawan grandmaster Hungaria Lajos Portisch. Setelah 13 game, skor imbang, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, sistem tiebreak digunakan: pemain Hitam harus menang. Spassky hampir berhasil, tetapi Portisch menahan imbang dan memenangkan pertandingan.

Pada 1985, Spassky finish di peringkat keenam dalam Turnamen Kandidat di Montpellier. Menurutnya, itu adalah turnamen terakhir di mana ia merasa bermain dengan baik.

Di luar persaingan kejuaraan dunia, Spassky memenangkan banyak turnamen dan meraih berbagai medali di Olimpiade Mahasiswa, Kejuaraan Beregu Eropa, dan Olimpiade Catur. Di Siegen 1970, ia memenangkan medali emas di papan pertama sekaligus membawa Uni Soviet meraih emas beregu.

Boris Spassky
Spassky di Olimpiade Catur Thessaloniki 1984, Olimpiade pertamanya bermain untuk Prancis. Foto: Gerhard Hund/Creative Commons 3.0.

Pada 1975, Spassky menikah untuk ketiga kalinya dengan Marina Shcherbachova, cucu dari jenderal perang Rusia Dmitry Shcherbachev. Setahun kemudian, Uni Soviet memberi izin langka baginya untuk pindah ke Paris. Setelah Korchnoi membelot, sikap Soviet terhadap Spassky lebih lunak, tetapi tetap dingin selama ia tidak terlalu sukses.

Dari wawancara di Kingpin:

"Saya ingat saat memenangkan turnamen Linares 1983, mengalahkan Karpov. Saat itu, saya sudah tinggal di Prancis tetapi masih bermain di bawah bendera Soviet. Karpov sangat marah, dan tak lama setelah itu, Soviet mencabut bendera merah dari meja saya. Mereka juga menghentikan tunjangan saya dari Komite Olahraga Soviet. Padahal, 250 rubel itu sangat saya butuhkan untuk membantu keluarga saya di Rusia—ibu, saudara laki-laki dan perempuan saya, serta anak-anak saya."

Pada 1976, bersama Botvinnik dan Bronstein, Spassky menolak menandatangani surat yang mengecam pembelotan Korchnoi ke Barat.

"Saat itu saya di Paris. Untuk menandatangani surat itu, saya harus datang ke kedutaan Soviet. Di sana saya berkata, ‘Kalian bisa tanpa saya.’ Lalu saya pergi. Begitu saja."

Kepindahannya ke Prancis pada 1976 memberi Spassky kebebasan memilih turnamen yang ia ikuti. Ia menjadi warga negara Prancis pada 1978, tetapi tetap bermain di bawah bendera Soviet hingga 1984. Setelah itu, ia mewakili Prancis dalam tiga Olimpiade Catur.

Saat upacara penutupan pertandingan 1972, Fischer berkata kepada Spassky, "Boris, kita akan bertanding lagi." Tepat 20 tahun kemudian, janji itu ditepati.

Pada 1992, Fischer dan Spassky kembali bertanding dalam laga yang Fischer sebut sebagai kejuaraan dunia resmi. Pertandingan ini digelar di Sveti Stefan (Montenegro) dan Beograd, yang saat itu masih bagian dari Yugoslavia dan berada di bawah sanksi PBB akibat perang. Hadiah totalnya mencapai $5 juta, disponsori oleh jutawan Yugoslavia Jezdimir Vasiljevic. Fischer menang 10-5 dengan 15 hasil remis, dalam turnamen besar terakhirnya.

Pertama kali Spassky melihat Fischer adalah saat Fischer mengunjungi Central Chess Club di Moskow pada 1958, kunjungan yang kemudian menjadi terkenal.

"Dia memiliki takdir yang tragis. Saya langsung menyadarinya saat pertama kali melihatnya. Saat itu, dia baru berusia 15 tahun, anak laki-laki yang tinggi. Dia datang bersama kakaknya, Jane. Di klub catur di Gogolevsky Boulevard, dia bermain blitz melawan Petrosian, Bronstein, Vasiukov, Lutikov… Saya pertama kali bermain melawannya dua tahun kemudian, di turnamen Mar del Plata."

Sebagai dua tokoh utama dalam persaingan AS vs. Uni Soviet di puncak Perang Dingin, Spassky dan Fischer tetap berteman hingga Fischer meninggal pada 2008. Dalam percakapan terakhir mereka melalui telepon, mereka berdiskusi tentang pembukaan mana yang lebih kuat: 1.e2-e4 atau 1.d2-d4. "Kami menyimpulkan bahwa 1.d4 lebih kuat karena pionnya dilindungi oleh menteri."

Persahabatan unik ini—antara juara dunia ke-10 yang tenang dan juara dunia ke-11 yang sulit ditebak—menunjukkan banyak hal tentang Spassky. Ia tahu cara menghadapi karakter Fischer yang sensitif.

"Misalnya, dia tidak suka jika ada yang meneleponnya lebih dulu. Jadi saya tidak pernah mengganggunya. Dia selalu menghubungi saya sendiri," kata Spassky.

Setahun setelah pertandingan ulangnya dengan Fischer, Spassky kalah tipis dari GM Judit Polgar. Setelah itu, ia hanya bermain sesekali, termasuk di turnamen Women vs. Veterans yang disponsori Joop van Oosterom. Pertandingan terakhirnya adalah laga persahabatan melawan Korchnoi pada 2009 di Elista, yang berakhir dengan skor 4-4.

Pertandingan terakhir Spassky dalam database adalah remis 11 langkah dengan Korchnoi, yang juga menjadi pertandingan terakhir dari laga mereka. Partai ini dimainkan sehari sebelum Hari Natal 2009.

Spassky memutuskan berhenti dari catur kompetitif karena "Saya merasa sudah tidak punya energi lagi untuk bermain, dan tidak lagi memiliki keinginan untuk menang."

Boris Spassky simul 2009 France
Spassky memberikan simultan di Prancis tahun 2009. Foto: Maiakinfo/Creative Commons 3.0.

Setahun setelah pertandingan dengan Korchnoi, pada September 2010, Spassky mengalami stroke yang membuat sisi kiri tubuhnya lumpuh. Dengan nada bercanda, ia menggambarkan kondisinya: "Tangan kiri dan kaki kiri saya suka bertingkah. Kadang mereka mogok kerja!"

Sebelumnya, ia juga pernah mengalami stroke pada 2006 saat memberikan kuliah catur di San Francisco, tetapi berhasil pulih.

Spassky sempat tinggal di Paris, tetapi pada musim panas 2012, ia kembali ke Rusia setelah berselisih dengan istrinya. Valentina Kuznetsova membawanya kembali ke Rusia, dan Spassky menyebutnya sebagai "malaikat pelindungku."

Sejak saat itu, ia tinggal di sebuah apartemen kecil di lantai satu di Moskow. Ia sering menjadi tamu kehormatan di berbagai acara catur dan pernah menghadiri pertemuan dengan Vladimir Putin, yang mengundang GM Boris Gelfand dan Vishy Anand setelah pertandingan mereka di Moskow pada 2012.

Beberapa tahun terakhir, Spassky terlibat dalam Sekolah Catur Spassky yang berlokasi di Pegunungan Ural dan berusaha memindahkan arsip pribadinya dari Paris ke Moskow. Pada Februari 2018, ia terpilih sebagai presiden kehormatan Federasi Catur Rusia.

Dalam wawancara televisi Rusia saat ulang tahunnya yang ke-80, ia berkata: "Sayangnya, saya punya dua kelemahan khas orang Rusia: malas dan terlalu percaya pada keberuntungan."

Boris Spassky in 2014
Boris Spassky di Kejuaraan Dunia 2014 antara Carlsen vs. Anand. Foto: Mike Klein.

Tidak seperti juara dunia lainnya, Spassky tidak memiliki gaya bermain khas. Sebaliknya, ia dikenal sebagai pemain universal, yang bisa bermain di berbagai jenis posisi.

Dalam bukunya My Great Predecessors, Kasparov menulis tentang Spassky:

“Permainannya tidak bisa dikategorikan dalam gaya tertentu, membuatnya unik dan sulit ditiru. Dengan Spassky, semuanya terasa menyebar dan tidak jelas—dan inilah yang menguatkan citranya sebagai pemain catur universal. Umumnya, gaya bermain universal, yaitu kemampuan menguasai berbagai tipe posisi, berasal dari Spassky.”

Dengan Spassky, semuanya terasa menyebar dan tidak jelas—dan inilah yang menguatkan citranya sebagai pemain catur universal.
—Garry Kasparov

Kasparov juga menambahkan bahwa sejak kecil, Spassky sudah menyukai permainan tajam dan menyerang, serta punya insting kuat dalam mengambil inisiatif.

“Boris Vasilievich adalah satu-satunya pemain top di generasinya yang berani memainkan gambit secara rutin. Sebelumnya, senjata ini sering digunakan oleh Bronstein, tetapi Spassky bahkan lebih agresif dan sukses.”

Spassky tidak pernah kalah dalam King’s Gambit dan mengalahkan banyak pemain kuat dengan pembukaan ini. Salah satu partainya yang paling terkenal adalah Spassky vs. Bronstein, Leningrad 1960, yang ia anggap sebagai salah satu favoritnya. Partai ini bahkan muncul dalam adegan pembuka film James Bond: From Russia With Love.

Adegan catur dari film James Bond From Russia With Love.

Spassky adalah pemain hebat pertama yang sukses dengan 1.e4 dan 1.d4. (Faktanya, ia tidak pernah memainkan 1.Kf3 sepanjang hidupnya.) Saat ini, hampir semua super grandmaster menggunakan kedua langkah ini dalam permainan mereka.

Dalam artikelnya "The Ten Greatest Masters in History" yang diterbitkan di Chessworld, Januari-Februari 1964, Bobby Fischer, yang saat itu berusia 20 tahun, memasukkan Spassky dalam daftar karena gaya bermainnya yang unik.

"Spassky duduk di papan catur dengan ekspresi wajah yang sama, entah saat dia menang atau kalah. Dia bisa saja membuat blunder dan kehilangan buah, tetapi Anda tidak pernah tahu apakah itu blunder atau pengorbanan yang sangat dalam."

Spassky duduk di papan catur dengan ekspresi wajah yang sama, entah saat dia menang atau kalah.
—Bobby Fischer

Dalam wawancara pada 2015, Spassky mengatakan:

"Pada dasarnya, seorang pemain catur selalu membutuhkan hal yang sama: kecintaan terhadap catur. Cinta itu harus alami, penuh gairah, seperti orang mencintai seni, menggambar, dan musik. Hasrat itu menguasai dan meresap ke dalam diri kita. Saya masih melihat catur dengan mata seorang anak."

Pewawancara: "Dan apa yang Anda lihat??"

Spassky: "Sebuah sungai, dengan arus dan alirannya, yang terus mengalir perlahan."

Pewawancara: "Dan Anda berdiri di tepiannya?"

Spassky: "Tidak, saya sudah berada di dalamnya, di sungai itu."

Boris Spassky meninggal dunia pada usia 88 tahun. Ia meninggalkan seorang putri dan dua putra, masing-masing dari pernikahan yang berbeda.


Andrei Filatov, presiden Federasi Catur Rusia, menyampaikan kepada kantor berita negara Rusia, Tass: "Seorang tokoh besar telah meninggalkan kita. Generasi pemain catur telah dan akan terus belajar dari permainan serta karya-karyanya. Ini adalah kehilangan besar bagi negara. Belasungkawa untuk keluarga dan teman-temannya. Kenangan abadi untuknya."

GM Yasser Seirawan berkomentar kepada Chess.com: “Kepergian Boris adalah kehilangan besar bagi dunia catur. Saya punya begitu banyak kenangan indah bersamanya, sampai-sampai saya bisa menulis buku yang akan membuat baik penulis maupun pembacanya tertawa. Dia adalah sosok yang luar biasa. Belasungkawa saya untuk keluarganya dan semua yang mengenalnya dengan baik.”

Arkady Dvorkovich, presiden Federasi Catur Internasional (FIDE), juga memberikan pernyataan kepada Chess.com:

"Selalu menyedihkan kehilangan seseorang yang selama ini kita anggap sebagai bagian tetap dari dunia ini. Namun, Boris Spassky tidak benar-benar meninggalkan dunia catur. Warisan yang ia tinggalkan begitu berharga dan akan membantu generasi baru menjadi pemain catur profesional, sekaligus membuat jutaan pecinta catur semakin menikmati permainan ini."

"Sebagai Presiden FIDE, saya sangat menghargai bagaimana Boris Spassky, sebagai Juara Dunia ke-10, merasa bertanggung jawab atas posisinya. Ia tidak hanya menjaga kualitas permainan, tetapi yang lebih penting, ia juga membawa keindahan catur kepada generasi muda yang baru memulai perjalanan mereka. Saya berharap semua juara dunia catur bisa seperti dia."


Obituari ini mencakup kutipan dari wawancara Spassky pada 2016 dengan Yuri Golyshak dan Sergei Kruzhkov dalam kolom "Friday Talk" di surat kabar Sport-Express, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Spektrowski di sini. Sumber lainnya termasuk wawancara Lev Khariton (1998) di Kingpin 29, wawancara Anatoly Samokhvalov (2015) di R-Sport yang diterjemahkan oleh Colin McGourty di sini), serta wawancara Kyrill Zangalis untuk Soviet Sport.

PeterDoggers
Peter Doggers

Peter Doggers joined a chess club a month before turning 15 and still plays for it. He used to be an active tournament player and holds two IM norms. Peter has a Master of Arts degree in Dutch Language & Literature. He briefly worked at New in Chess, then as a Dutch teacher and then in a project for improving safety and security in Amsterdam schools. Between 2007 and 2013 Peter was running ChessVibes, a major source for chess news and videos acquired by Chess.com in October 2013. As our Director News & Events, Peter writes many of our news reports. In the summer of 2022, The Guardian’s Leonard Barden described him as “widely regarded as the world’s best chess journalist.”

Peter's first book The Chess Revolution is out now!

Company Contact and News Accreditation: 

Email: peter@chess.com FOR SUPPORT PLEASE USE chess.com/support!
Phone: 1 (800) 318-2827
Address: 877 E 1200 S #970397, Orem, UT 84097

Selengkapnya dari PeterDoggers
Gukesh: 'Saya Sangat Bersemangat untuk Memulai Pertandingan Kejuaraan Dunia'

Gukesh: 'Saya Sangat Bersemangat untuk Memulai Pertandingan Kejuaraan Dunia'

Tim Carlsen Gagal Lolos, Knights dan Kings Siap Duel di Final Global Chess League

Tim Carlsen Gagal Lolos, Knights dan Kings Siap Duel di Final Global Chess League